29 Okt 2013

Pernah Alay


Dapatkah saya men-generalisasi-kan bahwa semua orang pernah mengalami masa alay?
Saya kira jawabannya tidak karena saya memiliki teman yang memang tidak (alay). Mengapa saya menulis seperti ini setelah sekian lama tidak menulis di blog yang timbul tenggelam ini?

Menilik pada sejarah perjalanan hidup. Membuka segala macam dokumen dalam berbagai jenis file. Cukup menjadi saksi bisu bahwa saya pernah alay. Buktinya? *ngga mau, aku malu :p

Njuk? Lalu?



Biarkan saja semua kenangan itu. Kenangan dalam berbagai bentuk dokumentasi. Bagi saya, ini adalah hiburan bagi diri sendiri. Ternyata, pernah juga mengalami hal kaya beginian begituan.

"Jas merah!", kata Bung Karno. Alay mungkin menyumbang tintanya sehingga menyebabkan jas menjadi merah. Begitulah kisahnya.

11 Mei 2012

Cerita Profesor "Manakala hidupmu tampak susah untuk dijalani"

Seorang professor berdiri di depan kelas filsafat dan mempunyai beberapa barang di depan mejanya. Saat kelas dimulai, tanpa mengucapkan sepatah kata, dia mengambil sebuah toples mayones kosong yang besar dan mulai mengisi dengan bola-bola golf. Kemudian dia berkata pada para muridnya, "Apakah toples itu sudah penuh?" Mahasiswa menyetujuinya.

Kemudian professor mengambil sekotak batu koral dan menuangkannya ke dalam toples. Dia mengguncang dengan ringan. Batu-batu koral masuk, mengisi tempat yang kosong di antara bola-bola golf. Kemudian dia bertanya pada para muridnya, "Apakah toples itu sudah penuh?" Mereka setuju bahwa toples itu sudah penuh.

Selanjutnya profesor mengambil sekotak pasir dan menebarkan ke dalam toples. Tentu saja pasir itu menutup segala sesuatunya. Profesor sekali lagi bertanya, "Apakah toples sudah penuh?" Para murid dengan suara bulat berkata, "Yaa!"

Profesor kemudian menyeduh dua cangkir kopi dari bawah meja dan menuangkan isinya ke dalam toples, dan secara efektif mengisi ruangan kosong di antara pasir.

Para murid tertawa...

"Sekarang," kata profesor ketika suara tawa mereda, "Saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu."

"Bola-bola golf adalah hal-hal yang penting - Tuhan, keluarga, anak-anak, kesehatan, teman dan para sahabat. Jika segala sesuatu hilang dan hanya tinggal mereka, maka hidupmu masih tetap penuh."

"Batu-batu koral adalah segala hal lain, seperti pekerjaanmu, rumah dan mobil."

"Pasir adalah hal-hal yang lainnya - hal-hal yg sepele."

"Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dalam toples,"  lanjut profesor, "Maka tidak akan tersisa ruangan untuk batu koral ataupun untuk bola-bola golf. Hal yang sama akan terjadi dalam hidupmu."

"Jika kalian menghabiskan energi untuk hal-hal sepele, kalian tidak akan mempunyai ruang untuk hal-hal yang penting buat kalian"

"Jadi..."

"Berilah perhatian untuk hal-hal yang kritis untuk kebahagiaanmu. Bermainlah dengan anak-anakmu. Luangkan waktu untuk check up kesehatan.

Ajak pasanganmu untuk keluar makan malam. Akan selalu ada waktu untuk membersihkan rumah, dan memperbaiki mobil atau perabotan."

"Berikan perhatian terlebih dahulu kepada bola-bola golf - Hal-hal yang benar-benar penting. Atur prioritasmu. Baru yang terakhir, urus pasir-nya."

Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, "Kalau kopi yang dituangkan tadi mewakili apa?"

Profesor tersenyum, "Saya senang kamu bertanya. Itu untuk menunjukkan kepada kalian, sekalipun hidupmu tampak sudah begitu penuh, tetap selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat" :-)

-dari temanku Anne Ahira-

SARAN dan LARANGAN

Ada orang British menyarankan "The beach is not save for swimming"

Kami orang Indonesia dilarang...

"Dilarang berenang di pantai (laut) berbahaya"

Apa yang baik? apa yang buruk? dari saran dan larangan itu

Tuhan menjawabnya melalui pikiran orang-orang pilihannya

Twitter Facebook

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes